dalam remang lampu milik peladang
dengan jelas kupandang
kaki Merbabu melukis cahaya
bayang-bayang sebuah antara
seperti kerut di wajahmu
mata hampa
yang perlahan gerhana
dengan jelas kupandang
kaki Merbabu melukis cahaya
bayang-bayang sebuah antara
seperti kerut di wajahmu
mata hampa
yang perlahan gerhana
mestinya kutahu dari dulu
kerdip bintang-gemintang
ialah pertanda kesuburan cinta
namun nafasmu perlahan memudar
hilang tanpa rahasia
satu-persatu rindu mengaburkan dungu wajahku
bahkan untuk seorang gadis yang kasmaran
menggelantungkan bejibun harapan
di mana kau letakkan pandang ?
di mana bumi berpijakmu ?
mau ke mana lagi kakimu melangkah pergi ?
dongeng cinta dan mitos tentang kasih takkan terulang
di mana sekarang kenangan yang dulu kau banggakan ?
ah, kutahu...
sendiri jadi doa bagimu
tapi ziarahku ialah saksi
menipisnya penanggalan diri dunia kecilmu
yang menyekat jarak kasih dan kegelapan
dari nyalangnya tabir waktu
tengah malam
kucium lagi rembulan di keningmu
engkau tersenyum
dalam penyerahan kecemasan dan ketakutan
menembusi buah-buah masak
yang tertinggal di kepalan jari tangan
dengan kain penutup mata
maukah kau mengantarku keluar ke taman kaca
melalui labirin koridor istana
maukah kau mengantarku melampaui cahaya
tempat bersendawa menggantungkan cita-cita
Salatiga, 2017
Tidak ada komentar :
Posting Komentar