Aku sudah menengadah ke langit yang pemurah. Ku tahu, hujan berjanji mau jungkir balik mengganti perjalanan matahari. Lihatlah, cinta lebih tenteram di keteduhan, di antara derai air mata yang mengiris palung hati terdalam.
Kuperdengarkan padamu, embun terlalu jauh lebur, berkejaran melawan fatamorgana. Dan, hujan lebih erat memelukmu sambil terus menyempurnakan ruh sepi hidupku.
Bagaimana mungkin, gemuruh di luar ikut membungkam, memenang-menangkan diri ? Bolehkah aku bergumam sendiri: "Kabut akan menghalangi euforia dan histeri. Barangkali, matahari masih bersembunyi di bawah pergulatan nilai samar dan bentuk pertunjukan".
Terlampau jauh tetes keringat bersetubuh, sedang kopi terlanjur menggumpal keluh. Jangan pernah tergoda, jangan pula bertepuk tangan leluasa. Tugas hujan hanya menyejahterakan seisi desa.
Coba saksikanlah,
Tanah yang indah, dengan duka dan api yang memancar.
Tanah yang indah, melayarkan kuburmu sebagai awal istirahatmu.
Begitulah adanya,
Semua menjadi layak ditulis dan diwartakan. Apa alasan hujan tak menyertai, bahkan memberkati ?
Salatiga, 2 Mei 2017
Salatiga, 2 Mei 2017
Tidak ada komentar :
Posting Komentar