Selasa, 02 Mei 2017

Menyusun Sunyi

 
mereka mengenalku
dan mengerti
lewat hari-hari lalu
juga dari luka yang berdiri sekali-kali
di ujung batang-batang ilalang berdiri

sekali waktu
pabila gelisah prasasti janji
menyemburat bagai kitab bergambar
aku ingin menyusun sunyi
sebelum sawah-sawah desa
jadi jalan-jalan raya

kota ini seribu makna
yang mencipta tunas-tunas hidup penggembala
sampai darah-darah menghias masa lalunya
meski takdir latah meniru ganas kediaman pandang
melunasi kehilangan-kehilangan dan dendam
dingin selalu berkenan mampir
bersenandung dalam kelopak hari langit mekar
memerangi retorika ayat-ayat semesta

Tuhan pun menegurku
tuk tertawa seperti biasa
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah
kaum papa-sudra
apakah hidup adalah kehidupan
ataukah ternyata kematian
ketika hari-hari lelah ngalir tanpa beban
membangun kesunyian

betapa dalam kugali masa kanak-kanak
melunasi tantangan diri
tak sempat permisi-permisi
aku bertanya: “di mana emprit menyusun sarang, mengeram kerinduan ?
masih ingatkah kau kapan saat memetik bintang, mencium kening rembulan ?”
“oh, kini mereka menjelma monumen abadi, dalam penyerahan senyum keikhlasan” jawabmu

ingatlah, 2 Agustus 1876
Rimbaud datang di antara sajak pembebasan
dicekam jalan-jalan terjal
tetap teguh tegak
seperti Majnun lebur dalam cinta
menjelang hilang
sebagai elang bersayap cahaya
sirna di depan prasasti
mencatat kisah di negeri rempah-rempah pedas dan basah
aux pays poivrés et détrempés

lihatlah, adik-adik kita
terbaring tak berdaya
bersimpuh luluh
memohon kemurahan
diletakkan sebagai bagian kefakiran bapak-ibu mereka
jangan tanyakan kenapa aku tak mampu meningkatkan kesabaran
oh, hidup akan selalu berputar
atas-bawah silih berganti

lihatlah, ketiga adik perempuanmu
remaja prawan anyaran
mencium kelahiran matahari
menyemayami alam bawah sadar
sekurang-kurangnya mereka menegakkan kemesraan
dekat di sisiku
saling meremang rindu
tak hanya lewat sekedar doa
jangan tanyakan seberapa besar penglihatan mereka atas derita
atas ketersediaan ruang untuk paham

kalau kau mau
sampaikanlah pada malaikat-malaikat Tuhan
agar hatiku tak diyatimkan
sedangkan kau dimuliakan
sekarang perkenankan aku memadamkan lampu-lampu
mengunci pintu


Salatiga, 2 Mei 2017

Tidak ada komentar :