Minggu, 25 Desember 2016

Semusim di Neraka


––– salah satu judul buku karya Jean Nicolas Arthur Rimbaud

Kini, ketika kudapati diriku siap membusuk, aku berpikir untuk mencari kunci kepada pesta dansa yang dulu itu. Mungkin, bisa kutemukan keyakinan lagi”.

Carilah kematian dengan seluruh gairahmu, semua kecintaan pada diri, dan tujuh dosa tak terampuni,” seru Jean Nicolas Arthur Rimbaud, penyair Perancis yang disersi “Semusim di Neraka” 140 tahun yang lalu, di sebuah kota bernama Salatiga.


Antara Yogyakarta dan Salatiga, Natal 2016

Salatiga


Bahkan, (di sinilah) roh puisi Arthur Rimbaud masih tersugesti mengawang di langitlangit batin penciptaan; dari sejak lahir, sampai di liang pengakhiran, tanpa peduli bualan atau katakata hiburan: tak bertulangbelakang.

Dan, salahkah jika kau awal dari semuanya ? Karna, apapun yang kurasa, terlalu rumit dituangkan: lewat kata.

Terima kasih untuk tiap waktu, yang akhirnya menjadi cerita:
– Salatiga. 


Antara Yogyakarta dan Salatiga, Natal 2016

Rabu, 17 Agustus 2016

Tanah Indah, Tempat Segala Bermula


Hai tanah tua; dimana senja takkan lelah menjingga, di sisi wajah seorang Hawa ! Masih bisakah kau berdamai dengan terang, saat airmata mengiris palung hati terdalam ?

Hai bangsa; yang menyimpan harapan, di balik langit-langit batin penciptaan ! Masih bisakah kau berbahagia, pada pucat pasi rindu dan cinta tak kasat mata ?

Kutahu ada banyak gelisah, ada campuran takut nada sumbang menyertaimu melangkah. Tapi, kita pernah sama-sama kerasukan tersesat kenikmatan, dimana jelaga pekat mimpi tentangmu selalu anggun berpendar, dan mematikan.



Tanah Indah, 17 Agutus 2016

Jumat, 27 Mei 2016

Igitur


Apakah di ujung pertemuan semua kisah berakhir atau berulang ? Takkan ada kenang-kenangan dari masa lampau. Begitupun takkan ada kenang-kenangan pada mereka, yang hidup sesudahnya: di masa depan.

Perulangan adalah sesuatu yang tak terelakkan, tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari”, begitulah ucapan Solomo Sang Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem 3000 tahun yang lalu.


Salatiga, 27 Mei 2016

Senin, 11 April 2016

Menjelang HiIang


Sesumbar selamat tinggal hanyalah kosakata;
Kita sama-sama ingin mengucapkannya, tapi takkan pernah bisa.
Keluarlah dari rasa nyaman perlahan, dimana senja beranjak kian dasar, puan ! Karena dengan cara demikian, keindahanmu takkan tergoyahkan; bersama senyum sabit merah jambu yang kusakukan: dalam kesaksian, yang menyakitkan.


Kulon Progo, 11 April 2016

Minggu, 31 Januari 2016

Menara Debu


––– ditulis dengan nuansa lagu Festivalist dan Nightwish

tujuh kata dalam sepekan
dalam pagi cerah, sore redup
milik jelaga matahari itu juga
di bumi, di tanah indah
semua setan atau malaikat
adalah sahabat sejati, sekaligus musuh sejati

tepat pada hari dimana aku mati
menara debu mencipta gulita-terang hari
syair melodi mengerjap
walau cuma debu
ia mengerdip perih di bola mata

dan mata pisau mengalir
di debar gubahan sekelebat
dengan keranda sajak serapah
berantakan menghunjam
mengisi sepenuh ruang

apa bahasa lainku untuk menyatakan ?
suka-cita penantian ?

biar tersimpan dalam lipat ingatan
atau lumer menjelma hablur kenangan
sampai tuhan tak berkenan
sampai tuhan tak berkenan
sampai tuhan tak berkenan


Bantul, Akhir Januari 2016