Minggu, 06 Februari 2011

Menantang Kesepian



––– diadopsi dari puisi “Bimbang” karya Emha Ainun Nadjib
 
Bukankah, tiap orang memikul kebenaran, seperti Yesus memikul salibnya ?
Bukankah, tiap orang memiliki bakat jatuh, seperti jatuhnya Adam-Hawa dari nirwana ?

Bukankah, anjing selalu setia meski diharamkan ?
Bukankah, lingkaran takkan koyak oleh runcingnya pentagram ?

Ayub memahami makna sakit, Yunus menghayati konyolnya keputusasaan, Ibrahim tahu apa yang musti dilawan dengan kapak, Musa ngerti ilmu sihir – dari zaman ular hingga industri

Adapun kita, merelakan diri jadi bahan tertawaan;
disingkirkan dan berusaha bertahan dari kesepian


2011

Pungkasane Kokrosono Triwikromo


Gusti,
jika dunia hanya milik si cantik dan tampan
apakah darah pengorbananku
hanya ternilai
dari cacat-cela rupaku
hingga Sumantri
tega membunuhku

Gusti,
tak entengke patiku
tinimbang
aku kalah



2011